Wregas Bhanuteja: Api perfilman Indonesia jangan sampai padam

today02/09/2021

Background

Screenshot 2021 09 02 14 05 15

Jakarta (ANTARA) – Sutradara Wregas Bhanuteja mengatakan pandemi COVID-19 jangan sampai membuat perfilman mati suri, sebab sebelumnya Indonesia sedang berada di masa keemasan.

Tahun 2019 bisa disebut sebagai masa keemasan film Indonesia, baik yang komersil ataupun yang mendistribusikannya melalui jalur festival internasional.

Bagi Wregas, hal tersebut merupakan momentum yang sangat kuat untuk meneruskannya meski dalam kondisi pandemi sekalipun.

“Kalau kita biarkan apinya padam, kita akan kehilangan semua yang sudah kita bangun dari 2019 dan satu dekade sebelumnya. Jadi kita harus bikin, tidak hanya untuk bangsa ini tapi bagaimana kita mendistribusikan film ini ke internasional, karena negara-negara lain tetap beroperasi, berjalan, tetap syuting,” kata Wregas dalam jumpa pers virtual film “Penyalin Cahaya” pada Kamis.

Baca juga: Film Pendek Terbaik, Wregas Bhanuteja bawa pulang Piala Citra kedua

Wregas mengatakan dalam keadaan yang serba terbatas, sineas tanah air diharapkan tidak putus asa dan mencari cara untuk tetap dapat berkarya. Jika tidak, industri film Indonesia bisa mengalami mati suri.

“Korea, Jepang, Denmark, Prancis tetap jalan, kita pun juga harus menggulirkan apa yang sudah kita bangun supaya tidak terjadi lagi mati suri seperti tahun 1990-an,” kata Wregas.

Sementara itu, Wregas baru saja mengumumkan karya terbarunya yang berjudul “Penyalin Cahaya”. Film tersebut masuk dalam program kompetisi utama New Currents di ajang Busan International Film Festival (BIFF) 2021 dan akan melakukan World Premiere di salah satu festival film terbesar di Asia tersebut.

New Currents sendiri merupakan satu-satunya program kompetisi internasional film panjang di BIFF yang akan digelar pada 6 hingga 15 Oktober 2021.

Proses syuting “Penyalin Cahaya” dilakukan dengan pembatasan sosial. Wregas mengatakan pengalaman produksi ini sangat berbeda dengan keadaan ketika sebelum pandemi.

Baca Juga Abang None :  "The Continental" mengambil cerita 40 tahun sebelum "John Wick"

“Tapi dengan adanya batasan, ada batasan kreatif yang dikompromikan. Persiapa dari para pemain dan kru jadi double energinya untuk ditingkatkan, ini agar pada saat syuting tidak terjadi kesalahan yang begitu banyak sehingga diulang-ulang terus maupun tidak terjadi aspek estetik yang tidak sesuai keinginan,” ujar Wregas.

“Penyalin Cahaya” merupakan debut film panjang Wregas Bhanuteja. Sebelumnya, Wregas sudah melahirkan film-film pendek yang berhasil masuk kompetisi festival film internasional di antaranya “Lemantun” (pemenang Film Pendek Terbaik di XXI Short Film Festival 2015), “Lembusura” (berkompetisi di Berlin International Film Festival 2015), “Prenjak” (pemenang Film Pendek Terbaik di Semaine de la Critique-Cannes Film Festival 2016 dan Piala Citra FFI 2016), serta “Tak Ada yang Gila di Kota Ini” (pemenang Piala Citra FFI 2019 dan berkompetisi di Sundance Film Festival 2020).

Baca juga: “Penyalin Cahaya” Wregas Bhanuteja masuk kompetisi Busan Film Festival

Baca juga: Dea Panendra dan Giulio Parengkuan bintangi “Penyalin Cahaya”

Baca juga: “Penyalin Cahaya”, film panjang perdana sutradara Wregas Bhanuteja

 

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2021

Sumber : https://www.antaranews.com/berita/2367626/wregas-bhanuteja-api-perfilman-indonesia-jangan-sampai-padam

Written by: admin

Post comments (0)

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


0%
Chat Bens Radio
1
Nyok Abang None Yang Mau Kirim2 Salam
Bens Radio 106,2 FM
Nyok Yang Mau Kirim2 Salam,
Abang None Bisa Langsung Berinteraksi Dengan Penyiar Bens Radio Langsung Loh!!!