Dendy menceritakan awalnya film itu ditujukan hanya sebagai dokumentasi pengingat perjalanan 20 tahun band Seventeen yang rencananya akan ditayangkan dalam konser langsung di Tidore, kampung halaman mendiang gitaris Seventeen Herman SIkumbang.
“Rencananya awalnya cuma mau dirilis di YouTube aja, maksudnya lebih ke merekam perjalanan Seventeen. Karena pada dasarnya kami punya footage dari 2006 tapi belum digunakan secara positif,” kata Dendy di dalam konferensi pers daring penayangan film “Kemarin” versi Director Cut, Kamis.
Baca juga: Ifan Seventeen harapkan film “Kemarin” bukan jadi pengingat tragedi
Baca juga: Film “Kemarin” versi director’s cut tayang di Bioskop Online 19 Maret
Rupanya rencana itu gagal, namun setitik harapan muncul ketika kamera milik Drummer Seventeen Windu Andi ditemukan dari berisi dokumentasi detik- detik sebelum terjadinya tragedi tsunami di Tanjung Lesung 2018 yang menjadikan tiga orang anggota band Seventeen meninggal dunia.
Penemuan kamera itu menjadi tanda agar dokumenter “Kemarin” dapat dilanjutkan untuk menceritakan kisah perjalan band Seventeen selama dua dekade aktif menghibur industri musik Tanah Air.
Dendy segera menghubungi Upie Guava untuk terlibat dalam proyek itu, dan Upie memberikan respon yang sangat baik sehingga terciptalah dokudrama “Kemarin” yang menceritakan perjalanan karir band Seventeen dari titik 0 hingga ke masa kejayaannya.
“Walau sempat ke-pending rilisnya karena pandemi tapi dengan hasil akhir Upie membawa film ini ke level yang lebih dari perkiraan saya dan Ifan (vokalis Seventeen), Alhamdulillah ini dapat respon yang positif. Dapat juga apresisasi juga dari Piala Maya. Ini diluar dari apa yang kami bayangkan sebelumnya,” ujar Dendy.
Pria yang sangat mengetahui perjalanan karir Seventeen itu pun menyambut baik pemutaran kembali film “Kemarin” untuk format Director’s Cut yang akan ditayangkan di Bioskop Online mulai Jumat (19/3) hingga Minggu (21/3).
Baginya lewat pandangan Upie, “Kemarin” versi Director Cut terasa lebih mengigit dan menonjolkan inti cerita terkait persahabatan hingga kekeluargaan seperti yang diinginkan oleh para anggota Seventeen dari awal penciptaan dokumenter itu.
“Upie punya versinya sendiri, yang kita rilis sebelumnya itu hasil kesepakatan bersama. Nah yang di Bioskop Online nanti, menurut saya yang versi Upie lebih deep, secara emosi pun lebih sedih dan mengena dibanding versi sebelumnya,”kata Dendy.
Sementara itu, Presiden Digital Business Visinema Ajeng Prameswari mengharapkan lewat kehadiran film “Kemarin” di layanan Bioskop Online masyarakat dapat menyaksikan versi terbaru dan memahami perjalanan band Seventeen dari sisi terbaiknya.
“Harapannya bagi penonton yang belum sempet nonton “Kemarin” di bioskop akhirnya dapat menyaksikan tayangannya dengan harga yang terjangkau. Semoga dengan adanya ini film-film Indonesia dengan keragaman genrenya bisa lebih mudah diakses oleh para penonton
Baca juga: Ifan “sakit” dengar lagu “Kemarin” Seventeen
Baca juga: Syuting film “Kemarin” jadi proses penyembuhan Ifan Seventeen
Baca juga: Film dokumenter Seventeen “Kemarin” tunda jadwal tayang
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2021
Sumber : https://www.antaranews.com/berita/2050322/mahakarya-inc-tak-menyangka-kemarin-jadi-film-layar-lebar
Written by: Bens Radio
Post comments (0)